Kali ini yang saya share bukan tentang teknology lagi melainkan cerpen. bosan post tentang teknology mulu :D
ok langsung aja baca bro
Aku adalah seorang dokter bersalin. Aku telah
berkeluarga. Suamiku seorang PNS. Aku memiliki 3 anak. Selain bekerja di rumah
sakit, aku juga membuka praktek di rumahku. Biasanya aku praktek pada malam
hari. Menjadi dokter bersalin membuatku bahagia, karena melihat senyum calon
ibu-ibu yang baru saja melahirkan dan menjadi seorang ibu sejati. Mendengar
tangisan bayi merupakan musik yang merdu di telingaku.
Tapi ada suatu kejadian yang membuatku merinding. Itu
terjadi di tengah malam. Ketika aku terlelap tidur, tiba-tiba ada yang mengetuk
pintu rumah bersalinku. Aku terbangun, dan bergegas keluar dari kamar untuk
membuka pintu. Setibanya di depan pintu, aku melihat wanita yang berpeluh
keringat sendirian sambil memegang perutnya. Dia berkata,
"Bu, tolong saya. Sepertinya saya mau melahirkan.
Ketuban saya pecah."
Ya, aku melihat banyak darah berceceran di kakinya. Lalu
aku memapah dia ke dalam ruang bersalin. Aku membangunkan suamiku dan seorang
perawat untuk menyiapkan segala peralatan untuk melahirakan. Beberapa waktu
kemudian, suara tangisan bayi memecahkan kesunyian malam.
"Oeeek... oeeeek.. oeeeek."
Aku membersihkan bayi dan ibu tersebut. Aku bertanya
kepada ibu tersebut,
"Ibu kok sendirian kesini? Suaminya mana?"
"Suami saya kerja lembur hari ini. Saya sudah
menelponnya, tapi hapenya tidak aktif. Daripada nunggu lama, saya langsung
kesini."
"Oh begitu. Rumah ibu dimana ya?"
"Rumah saya di kampung tengah RT. 02 RW. 05. Begini
bu, saya kesini tidak membawa uang cukup. Ibu besok bisa datang ke rumah saya
untuk meminta uang bersalin ke suami saya."
"Gak usah dipikirkan itu dulu bu. Yang penting untuk
sekarang, ibu melahirkan dalam keadaan normal dan bayinya sehat." kataku.
"Terimakasih bu. Tapi bu, bolehkah saya pulang
sekarang? Saya mau memberitahukan kepada suami saya kalau saya sudah melahirkan
sekalian memberikan dia kejutan."
"Tapi bu, ibu baru saja melahirkan."
"Saya gak apa-apa kok buk dokter. Saya kuat."
Saya mengiyakan permintaan ibu tersebut. Saya dan suami
saya mengantar ibu itu ke rumahnya dengan mobil. Selama perjalanan saya melihat
bayi ibu itu tertidur lelap. Saya merasakan betapa senangnya hati ibu tersebut
setelah melahirkan anaknya. Selama dalam perjalan, saya mencium aroma harum
dari bunga-bunga. Saya mengira itu hanya pengharum mobil saja. Setibanya di
rumah ibu tersebut,
"Disini aja bu." ujar Ibu itu.
"Biar saya antar sampai ke depan rumah."
kataku.
"Gak usah bu. Merepotkan ibu saja. Terimakasih untuk
semuanya ya ibu. Kalau berkenan, ibu bisa datang siang hari ke rumah saya
sekalian ada suami saya juga."
"Iya bu." Jawabku sambil tersenyum.
Aku dan suamiku melihat ibu itu masuk ke rumah. Setelah
ibu itu menutup pintunya, aku dan suamiku pulang. Esok harinya, aku dan suamiku
pergi ke rumah ibu melihat keadaan ibu itu dengan bayinya.
"Assalammualaikum." Aku mengetok pintu rumah
itu.
"Kemuadian tuan rumahnya membuka pintunya. Aku
melihat pria yang sebaya dengan suamiku.
"Silahkan masuk ibu."
Lalu aku masuk dan duduk di kursi.
"Ada apa kedatangan ibu kemari ya?" tanya pria
itu.
"Begini pak. Saya seorang dokter bersalin. Kemarin
istri bapak melahirkan di rumah bersalin saya. Dan kedatangan saya kesini mau
melihat keadaan istri bapak."
"Istri saya? Maksud ibu?"
"Iya istri bapak yang sedang hamil."
"Astaghfirullah. Saya gak punya istri bu. Istri saya
meninggal 2 minggu yang lalu."
"Apa?" Aku dan suamiku terkejut. "Bener
apa yang bapak bilang?"
"Bener bu. Kejadiannya 2 minggu yang lalu, istri
saya hamil dan pergi kepasar. Saya sudah melarangnya pergi karena dia sedang
hamil dan mau melahirkan. Tapi dia keras kepala dan tetap pergi ke pasar. Saya
mengalah dan membiarkan dia pergi ke pasar sendirian. Waktu itu saya sedang
bekerja. Tiba-tiba istri saya dapat kecelakaan ditabrak mobil dan tewas di
tempat. Saya tak menduga rupanya terjadi seperti ini."
"Itu seperti nyata pak. Melihat ekspresinya, dia
senang dengan kelahiran bayinya."
"Iya bu, kami sudah lama menantikan kehadiran seorang
bayi." Pria itu kemudian menitikkan air matanya terkenang almarhum
istrinya. "tapi terimakasih ya bu sudah membantu persalinan istri saya.
Mungkin di alam sana, dia sedang menimang bayinya." Pria itu menangis
bahagia.
"Saya turut berduka cita ya pak."
Kemudian aku dan suamiku pamit pulang. kami tak menyangka
mendapatkan kejadian seperti ini. selama perjalanan, aku teringat proses
persalinan ibu itu. Bulu kudukku merinding..
END
Backlinks Please Thanks
URL |
Code For Forum |
HTML Code |