Join Us !!
Senin, 24 Desember 2012

CIBOBO ( CIto BOngak-BOngak )

0 komentar
Read More →
Kali ini yang saya share bukan tentang teknology lagi melainkan cerpen. bosan post tentang teknology mulu :D
ok langsung aja baca bro



Aku adalah seorang dokter bersalin. Aku telah berkeluarga. Suamiku seorang PNS. Aku memiliki 3 anak. Selain bekerja di rumah sakit, aku juga membuka praktek di rumahku. Biasanya aku praktek pada malam hari. Menjadi dokter bersalin membuatku bahagia, karena melihat senyum calon ibu-ibu yang baru saja melahirkan dan menjadi seorang ibu sejati. Mendengar tangisan bayi merupakan musik yang merdu di telingaku. 

Tapi ada suatu kejadian yang membuatku merinding. Itu terjadi di tengah malam. Ketika aku terlelap tidur, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah bersalinku. Aku terbangun, dan bergegas keluar dari kamar untuk membuka pintu. Setibanya di depan pintu, aku melihat wanita yang berpeluh keringat sendirian sambil memegang perutnya. Dia berkata,

"Bu, tolong saya. Sepertinya saya mau melahirkan. Ketuban saya pecah." 

Ya, aku melihat banyak darah berceceran di kakinya. Lalu aku memapah dia ke dalam ruang bersalin. Aku membangunkan suamiku dan seorang perawat untuk menyiapkan segala peralatan untuk melahirakan. Beberapa waktu kemudian, suara tangisan bayi memecahkan kesunyian malam.

"Oeeek... oeeeek.. oeeeek."

Aku membersihkan bayi dan ibu tersebut. Aku bertanya kepada ibu tersebut,

"Ibu kok sendirian kesini? Suaminya mana?"

"Suami saya kerja lembur hari ini. Saya sudah menelponnya, tapi hapenya tidak aktif. Daripada nunggu lama, saya langsung kesini."

"Oh begitu. Rumah ibu dimana ya?"

"Rumah saya di kampung tengah RT. 02 RW. 05. Begini bu, saya kesini tidak membawa uang cukup. Ibu besok bisa datang ke rumah saya untuk meminta uang bersalin ke suami saya."

"Gak usah dipikirkan itu dulu bu. Yang penting untuk sekarang, ibu melahirkan dalam keadaan normal dan bayinya sehat." kataku.

"Terimakasih bu. Tapi bu, bolehkah saya pulang sekarang? Saya mau memberitahukan kepada suami saya kalau saya sudah melahirkan sekalian memberikan dia kejutan."

"Tapi bu, ibu baru saja melahirkan."

"Saya gak apa-apa kok buk dokter. Saya kuat."

Saya mengiyakan permintaan ibu tersebut. Saya dan suami saya mengantar ibu itu ke rumahnya dengan mobil. Selama perjalanan saya melihat bayi ibu itu tertidur lelap. Saya merasakan betapa senangnya hati ibu tersebut setelah melahirkan anaknya. Selama dalam perjalan, saya mencium aroma harum dari bunga-bunga. Saya mengira itu hanya pengharum mobil saja. Setibanya di rumah ibu tersebut,

"Disini aja bu." ujar Ibu itu.

"Biar saya antar sampai ke depan rumah." kataku.

"Gak usah bu. Merepotkan ibu saja. Terimakasih untuk semuanya ya ibu. Kalau berkenan, ibu bisa datang siang hari ke rumah saya sekalian ada suami saya juga."

"Iya bu." Jawabku sambil tersenyum.

Aku dan suamiku melihat ibu itu masuk ke rumah. Setelah ibu itu menutup pintunya, aku dan suamiku pulang. Esok harinya, aku dan suamiku pergi ke rumah ibu melihat keadaan ibu itu dengan bayinya.

"Assalammualaikum." Aku mengetok pintu rumah itu.

"Kemuadian tuan rumahnya membuka pintunya. Aku melihat pria yang sebaya dengan suamiku.

"Silahkan masuk ibu."

Lalu aku masuk dan duduk di kursi.

"Ada apa kedatangan ibu kemari ya?" tanya pria itu.

"Begini pak. Saya seorang dokter bersalin. Kemarin istri bapak melahirkan di rumah bersalin saya. Dan kedatangan saya kesini mau melihat keadaan istri bapak."

"Istri saya? Maksud ibu?"

"Iya istri bapak yang sedang hamil."

"Astaghfirullah. Saya gak punya istri bu. Istri saya meninggal 2 minggu yang lalu."

"Apa?" Aku dan suamiku terkejut. "Bener apa yang bapak bilang?"

"Bener bu. Kejadiannya 2 minggu yang lalu, istri saya hamil dan pergi kepasar. Saya sudah melarangnya pergi karena dia sedang hamil dan mau melahirkan. Tapi dia keras kepala dan tetap pergi ke pasar. Saya mengalah dan membiarkan dia pergi ke pasar sendirian. Waktu itu saya sedang bekerja. Tiba-tiba istri saya dapat kecelakaan ditabrak mobil dan tewas di tempat. Saya tak menduga rupanya terjadi seperti ini."

"Itu seperti nyata pak. Melihat ekspresinya, dia senang dengan kelahiran bayinya."

"Iya bu, kami sudah lama menantikan kehadiran seorang bayi." Pria itu kemudian menitikkan air matanya terkenang almarhum istrinya. "tapi terimakasih ya bu sudah membantu persalinan istri saya. Mungkin di alam sana, dia sedang menimang bayinya." Pria itu menangis bahagia.

"Saya turut berduka cita ya pak."

Kemudian aku dan suamiku pamit pulang. kami tak menyangka mendapatkan kejadian seperti ini. selama perjalanan, aku teringat proses persalinan ibu itu. Bulu kudukku merinding..

END 

Anda Baru Saja Membaca Artikel Tentang CIBOBO ( CIto BOngak-BOngak ) ,Anda Boleh Menyebarluaskan / Mengcopy Paste Artikel CIBOBO ( CIto BOngak-BOngak ) Ini Bermanfaat Buat Anda , Namun Saya Mohon Untuk Mencantumkan Link CIBOBO ( CIto BOngak-BOngak ) Sebagai SumberNya.

Leave a Reply